Quantcast
Channel: punyanya rika
Viewing all articles
Browse latest Browse all 217

dua tahun samiun

$
0
0

Kalo diperhatiin, sepertinya gue jarang bercerita tentang Sami di sini. Bukannya mau pilih kasih, tapi Sami memang sering kalah suara sama Kai yang anaknya jauh lebih bawel dan banyak aksi. Anak-anak seperti Kai tampaknya menghasilkan lebih banyak cerita. Sementara Sami si anak anteng, biarpun gak sering disebut-sebut di blog ini, sebenarnya lebih sering peluk-pelukan sama äiti di dunia nyata.

September yang lalu Sami ulang tahun yang ke dua. Seperti biasa äiti bikin muffin, beli lilin dan pagi-pagi kami semua bernyanyi selamat ulang tahun untuk Sami. Niat mau bikin pesta kecil-kecilan bareng temen kembali batal. Biasalah, kemalasan melanda. Insya Allah tahun depan ya, nak.

Secara umum Sami masih jadi anak yang anteng, gak terlalu bawel ngomong tiada henti, gak juga terlalu hiperaktif. Kadang gue merasa Sami ini lebih dewasa dibanding abangnya. Sami lebih mandiri, lebih berani, lebih tenang, lebih percaya diri dan konsentrasinya juga lebih tinggi. Coba deh kasih lego atau seperangkat mainan kereta buat Sami, anaknya bisa betah main sendirian berpuluh-puluh menit. Beda sama Kai yang senantiasa selalu butuh perhatian, butuh ditemenin, butuh main bareng, paling gak bisa sendirian dan gampang frustasi dalam mengerjakan aktivitas motorik halus. Singkatnya, ngangon Sami lumayan gampang.

Tapi ada juga masa-masa gue ngerasa Sami ini good boy gone bad. Di usianya yang dua tahun ini Sami tumbuh jadi anak yang sangat keras kepala. Kalo lagi ada maunya anak ini susah sekali didistraksi. Dan kalo jurus mengancam atau menakut-nakuti umumnya berhasil buat Kai, untuk Sami kedua jurus tersebut sama sekali gak berguna.

Misalnya ketika gue suruh anak-anak bersiap untuk pergi, sering gue keluarkan ancaman: “Yang gak mau ganti baju boleh di rumah aja gak ikut äiti”. Biasanya Kai langsung terbirit-birit memakai snowsuitnya sementara Samiun tetap asik sama mainannya pura-pura gak denger omongan äiti.

“Sami mau pake baju?”

“Ndak”

“Sami gak mau ikut pergi?”

“Ikut”

“Ayo dong sini pake baju”

“Ndak. Sami mau main mobiw duwu….bbbbrrrrrm….bbrrrrrmmmm”

Biasanya masalah selesai kalo gue ijinkan dia memegang mainannya sementara gue memakaikan bajunya. Tapi kadang susah juga kalo mainan yang lagi didemenin ukurannya segede gaban.

Di malam hari masalah gue lain lagi. Nidurin dua anak ini cukup bikin otak gue korslet. Susahnya minta ampun bikin dua bocah berbaring tenang di tempat tidur tanpa loncat sana sini, saut-sautan dan ujungnya berantem.

“Udah deh….kamar ini cuma buat tidur. Yang masih mau main, mau ngomong, mau loncat-loncat silahkan keluar” begitu ancam gue.

“Kai mau tidur…Kai mau tidur. Gak mau keluar äiti…maaf yaaa…Kai tidur yaaa” si anak sulung langsung panik

Si anak bungsu seperti biasa masih asik sendiri, cuek sama omongan äitinya.

“Sami masih mau nyanyi? Mau main? Mau dorong mobil? Ya udah….di luar aja sana ya”

“Okei bows” anaknya menjawab

“Bener mau keluar?” Gue coba buka pintu untuk menegaskan dan si anak kecil pun ngeluyur ke luar kamar sambil menggotong mainannya.

“Ngeeeeeng….ngeeeeeeeeeng…Sami lagi nyetir mobiw. Tuuut…tuuut” terdengar suara Sami asik bermain di luar. Bikin Kai jadi panas dingin mendengarnya.

Diam-diam gue matikan beberapa lampu biar suasana di luar kamar jadi remang-remang. Suasana yang pasti bikin Kai kelabakan, tapi tampaknya gak punya efek untuk Sami.

Gue coba matikan seluruh lampu biar ruangan jadi gelap gulita, mau liat reaksi anaknya.

“Huwaaaaaaaaaaaaaaaaa” terdengar anaknya protes. “Yeeesss” gue pun berseru, kesel juga dari tadi dicuekin Sami.

Klik, terdengar suara saklar lampu ditekan. “Anan matiin wampuuuuuuu” Samiun berteriak. Sialaan, gue lupa kalo si bocah udah bisa nyalain lampu.

Mau gak mau harus main paksa membawa Sami kembali ke kamar. Anaknya protes, marah, nangis-nangis, tapi biasanya langsung mereda begitu dipeluk dan disayang-sayang. Gak pake lama anaknya pun tertidur. Fiuuuuuuh.

Sebetulnya Sami memang paling suka tidur sambil dikelonin, tapi saat ini gue ingin melatih Sami supaya bisa tidur sendiri. Dua mingguan ini cukup berhasil sih, anaknya bisa tertidur sendiri gak pake nempel di ketek äiti. Tapi ya teteup….kalau Sami terbangun tengah malam gue terpaksa hijrah ke kamarnya dan kelonan berduaan. Setengah jam pertama sih masih enak, tapi kelonan sampe pagi bikin gue pegel-pegel. Jadi resmi sudah…4 tahun sudah gue gak pernah tidur nyenyak. Kenapa sih Sami masih suka bangun tengah malam, nak?

Masalah lain yang juga semakin berat adalah mendisiplinkan Sami. Anak ini sungguh suka bertindak seenak hatinya saja. Satu sisi percuma marah sama Sami karena anaknya cuek bebek seakan gak peduli, di sisi lain memang sulit sekali marah sama Sami karena anak ini bisa bikin dosa sambil tersenyum seperti malaikat.

Misalnya saat ini Sami suka sekali memukul. Entah lagi marah, sedih, seneng atau gemes tangannya bisa tiba-tiba melayang “Plaaak” mendarat di muka orang lain.

“Samiiiii. Gak boleh pukul-pukul” Suara gue meninggi

“Maaf äiti” kata anaknya tersenyum sambil memeluk dan mencium gue bertubi-tubi. Jelas hati gue langsung luluh dibuatnya. Dan semenit kemudian kejadian lagi “Plaaaaaaaak”, muka gue kembali jadi korban pukulan Sami.

Masalah disiplin akan barang pun masih sulit sekali diajarkan ke Sami. Gue suka merasa Sami ini pemalas,…atau mungkin terlalu cerdas. Dia tau pada akhirnya pasti gue juga yang mungutin barang-barangnya yang berceceran. Strateginya pun sama, pura-pura gak mendengar tiap kali gue perintahkan untuk menaruh mainan/baju/sepatu/topi/sarung tangan pada tempatnya. Kalo gue udah mulai marah anaknya tersenyum manis, minta maaf dan peluk-peluk mesra….untuk kemudian ngacir lagi tanpa menjalankan perintah äiti. SAMIUUUUUNNNNN!!!!!!!!!!!!!!

Makanya waktu pulang kampung ke Jakarta kemarin Sami dapet nama kesayangan baru dari Oma-nya. Si “Ondak” karena setiap dikasih perintah pasti jawabnya “Ondak”

“Makan yok”

“Ondak”

“Mandi yok”

“Ondak”

“Sami sini dong”

“Ondak”

Sekalian aja dong ya kita panggil anaknya si Ondak.

“Ini si Ondak ya? Halo Ondak….lagi ngapain Ondak?”

“Utaaaan….Ini utan Ondak”

“Lho? Ini bukan si Ondak? Jadi ini siapa dong?”

“Ami”

“Sami siapa?”

“Eehhh…ehh….Amiun”

Tapi coba kalo kita panggil dia Samiun. Anaknya tetep protes

“Ini utan Amiun. Ini Ami aja” Begitu jawabnya hingga dua minggu lalu. Sekarang ini jawabannya udah semakin keren

“Siapa ini”

“Sami”

“Sami siapa namanya?”

“Sami Satiya Mawtinen”

Tepuk tangan dong buat anakku Sami *plok plok plok plok*

Cerita lainnya,…alhamdulillah Sami makannya gampang, makannya juga udah makin rapih, gak terlalu banyak berceceran, paling suka makanan berkuah dan seperti orang Indonesia sejati kuahnya dihabiskan dengan cara ditenggak langsung dari mangkoknya. Ajaran siapa ya ini? Äiti sama isi gak pernah begini deh kayanya.

Selain itu, sampai saat ini perkembangan bilingualismenya juga membahagiakan. Sepertinya sih bahasa Indonesianya sedikit lebih lancar, tapi Sami juga gak pernah bermasalah dengan bahasa Finlandia. Malah, menurut isinya, Sami lebih sensitif terhadap perbedaan aturan dan grammar dibandingkan Kai. Sami sudah mulai berbicara dengan menggunakan present tense, past tense dan genitive format.

Berbeda dengan Kai yang tidak terlalu suka sentuhan fisik, Sami suka sekali peluk-pelukan, ndusel-nduselan dan cium-ciuman. Bangun pagi belum lengkap kalo belum dicium Sami sampai muka basah. Jemput ke daycare pasti disambut dengan pelukan erat dari Sami. Dan pastinya kalo malem cuma mau tidur sambil kelonan sama äiti.

Terhadap Kai, Sami masih mengganggap Kai lah idola utamanya. Apapun yang Kai lakukan pasti Sami mau ikutan juga. Walopun kalo lagi bad mood semua perkataan Kai pasti dibantah sama Sami.

“Liat äitiiiii….itu pesawatnya besaaaar” kata Kai

“Ndaaak…Keciiiilll..pesawatnya kecil” Sami membantah

“Aiti nyanyi nina bobo dong”

“Ndaaaaaaak….nyanyi bintang kecil….bintang kecil aja”

“Kai mau duduk situ”

“Ndak boweeeeeeeeh…Tai ndak boweh duduk situ”

Tinggal tunggu aja deh mana yang nangis duluan. Dua anak ini memang sekarang sering sekali kelahi.

Yang pasti sih, dibalik berantem-berantemnya Kai dan Sami, gue tetap tau mereka juga saling sayang. Kai selalu khawatir kalo Sami gak ada di dekatnya. Sami selalu mencari-cari kalau Kai lagi dibawa pergi isinya. Dan sekarang ini mereka udah bisa kompak main berduaan berjam-jam lamanya. Eerr….gak juga deng, paling cuma satu dua jam maksimal. Tapi lumayan banget lah buat ortunya ambil nafas.

Rapor dari daycare menyebutkan kalo perkembangan Sami sesuai dengan usianya, a happy kid yang sering tersenyum, senang bermain lego, pintar makan dan tidur siangnya pun bagus. Yang harus dilatih adalah keterampilan-keterampilan yang akan membantu Sami lebih mandiri lagi , seperti melatih Sami memakai dan membuka baju, sepatu dan jaketnya sendiri. Nanti kita coba ya, nak.

Semoga Sami tetap jadi anak yang bahagia dengan senyum manisnya yang selalu mengembang. Dan sampai kapanpun äiti dan isi akan tetap senang dijadikan objek peluk-peluk dan cium-ciumnya Sami.

Biarpun udah terlambat, tapi äiti ucapkan sekali lagi ya…

selamat ulang tahun anakku sayang…

IMG_1830 IMG_3164 IMG_3033 IMG_3187 IMG_3913

20131102-090301.jpg

20131102-090423.jpg

20131102-090446.jpg

20131102-090401.jpg



Viewing all articles
Browse latest Browse all 217

Trending Articles


Vimeo 10.7.1 by Vimeo.com, Inc.


UPDATE SC IDOL: TWO BECOME ONE


KASAMBAHAY BILL IN THE HOUSE


Girasoles para colorear


Presence Quotes – Positive Quotes


EASY COME, EASY GO


Love with Heart Breaking Quotes


Re:Mutton Pies (lleechef)


Ka longiing longsem kaba skhem bad kaba khlain ka pynlong kein ia ka...


Vimeo 10.7.0 by Vimeo.com, Inc.


FORECLOSURE OF REAL ESTATE MORTGAGE


FORTUITOUS EVENT


Pokemon para colorear


Sapos para colorear


Smile Quotes


Letting Go Quotes


Love Song lyrics that marks your Heart


RE: Mutton Pies (frankie241)


Hato lada ym dei namar ka jingpyrshah jong U JJM Nichols Roy (Bah Joy) ngin...


Long Distance Relationship Tagalog Love Quotes