sawo kali mateng…
abis membaca komennya Diana yang menyebut-nyebut umur tuir jadi teringat obrolan dengan beberapa teman. Adalah temen gue di sini, sebut saja namanya Rizal. Beliau ini tiba-tiba mengeluarkan teori kalo cewe-cewe yang nikah dengan bule sini umumnya yang sudah berumur 30an.
“Iya, kan? Liat aja kalian ini” begitu katanya ke gue dan Rahma
“Maksud loooo, Jaaaal?” bibir gue langsung nyinyir dua senti.
“Siapa coba yang nikah sama orang sini dan umurnya masih 20an?”
“Igh,… banyak lagi”
“Siapa?”
Nantangin nih Rizal
“Ayu….trus….hmmm….Ayu….trus….hmmmm…Ayuuuu sama…errrr…siapa lagi ya?”
Merasa terdesak otak gue jadi buntu. Pokoknya mah banyak lagi Jaaaaaal, gue cuma lagi lupa aja waktu itu.
Tapi obrolan dengan Rizal ini jadi mengingatkan gue akan percakapan lainnya dengan Mikko. Waktu itu gue mengusulkan ke Mikko kalo dia harus mengenalkan teman-temannya ke gue supaya kita punya common friends, lebih bagus lagi family friends. Biar gue juga bisa lebih bergaul sama orang sini, kan?
Tapi memang masalahnya temen-temennya Mikko masih single semua. Belon ada yang kawin apalagi punya anak. Malah ada beberapa orang yang baru aja putus cinta.
“Kasian ya temenku, breaking up from their girlfriend and boyfriend. They are still far away from getting married. Malah mungkin gak tertarik “
“Abisnya belum ketemu pacar yang seperti aku sih” kata gue jumawa sambil mengibas-ngibaskan rambut
“Meaning….desperate?”
Ini kok sepertinya suami sendiri malah sepakat sama teorinya Rizal. Si suami memang sering menggoda, seandainya dia melamar gue beberapa tahun lebih cepat pasti gue akan menolaknya. Ya maklum, sempat ada masanya gue terpatok sama prinsip cinta produksi negri sendiri. Tapi sebenarnya, yang bikin gue setuju dinikahi si bule kan lamarannya yang dahsyat di pinggir pantai Ohoidertawun itu. Bukan karena desakan umur.
Jadi ngerti yaaaa….”matang” jangan lantas diartikan “desperate”. Tapi ya emaaaang….jaman belon kawin itu mokal banget kalo dapet pertanyaan “Kapaaaaan?”
Eh tapi….hmmm….diem-diem gue “agak” setuju sih dengan observasinya Rizal. Banyak wanita-wanita (Indonesia) matang yang akhirnya menemukan jodohnya di luar negri. Katanya sih udah keabisan stok di Indonesia. Sepertinya ada pendapat kalau pria Indonesia lebih suka dengan wanita yang lebih muda, karena itu wanita single yang sudah cukup berumur dianggap kurang potensial sebagai calon istri. Katanya juga, pria Indonesia lebih mudah terintimidasi dengan senioritas umur dan/atau jabatan. Semakin dewasa si wanita, semakin bagus karirnya, semakin banyak juga pria yang terintimidasi dan akhirnya jadi sulit cari pasangan hidup.
Benar? Atau Salah?
Silahkan berpendapat di kolom komen yaaaa…
